Rencana Melarikan Diri Mengerikan

Rencana Melarikan Diri Mengerikan

Rencana Melarikan Diri yang Mengerikan

Di Balik Jeruji Besi

Galih tidak pernah membayangkan dirinya akan berakhir di penjara. Seorang pria yang hidup dengan prinsip kejujuran, selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar. Namun, nasib tak selalu berpihak pada mereka yang benar. Galih dipenjara karena tuduhan yang salah—suatu kejadian yang bahkan dirinya tidak mengingatnya dengan jelas.

Setiap hari, ia merasakan ketidakadilan yang menggerogoti pikirannya. Kehidupan di penjara bukanlah tempat yang ramah. Suasana mencekam, suara jeritan dari sel lain yang tidak pernah sepi, dan perasaan terperangkap di dalam sel yang sempit. Namun, lebih dari segalanya, yang paling menakutkan adalah kehadiran sesuatu yang tak kasat mata, sesuatu yang tak pernah ia duga ada di penjara itu.

Rencana yang Muncul di Malam Hari

Suatu malam, saat Galih sedang terbaring di atas tempat tidurnya yang keras, ia mendengar bisikan samar dari ujung sel. Suara itu terdengar seperti suara seorang pria, namun sangat seram.

“Ada cara keluar, Galih… keluar dari sini…”

Awalnya, Galih berpikir itu hanya halusinasi akibat tekanan mental. Tapi suara itu semakin sering terdengar. Setiap malam, di waktu yang sama, suara itu semakin jelas dan terus memberi petunjuk, memberi rencana untuk melarikan diri dari penjara yang telah menahan tubuhnya.

Suatu malam, suara itu menjadi semakin mendesak. “Ada jalannya. Tapi kau harus berani, Galih. Lakukan apa yang perlu dilakukan jika ingin bebas.”

Tanpa sadar, Galih mulai percaya. Mungkin inilah kesempatan untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. Mungkin ini adalah jalan keluarnya—meski harus melalui jalan yang mengerikan.

Rencana Melarikan Diri yang Mengerikan

Kepercayaan Galih pada suara itu berkembang seiring berjalannya waktu. Semakin banyak informasi yang diberikan kepadanya. Dengan instruksi yang sangat jelas dan mendetail, Galih mulai merencanakan pelariannya.

Ia tahu betul bahwa penjara ini adalah tempat yang penuh dengan jebakan dan perangkap. Namun, suara itu meyakinkannya untuk tetap melangkah. “Lakukan ini malam ini, Galih. Ini adalah satu-satunya cara. Kamu akan bebas selamanya.”

Dengan hati yang berdebar-debar, Galih mengikuti setiap langkah yang diajarkan. Ia mulai menggali lubang di bawah tempat tidurnya. Setiap malam ia bekerja diam-diam, menggunakan sendok yang ia sembunyikan dengan cerdik untuk menggali tanah. Semua dilakukan dengan penuh kehati-hatian, takut jika ada yang mendengar atau melihatnya.

Melalui Terowongan Gelap

Setelah beberapa minggu bekerja tanpa henti, akhirnya lubang yang dalam berhasil digali. Malam itu, Galih siap untuk melarikan diri. Dengan tangan gemetar, ia memanjat keluar dari selnya melalui terowongan yang ia buat, merangkak di dalam kegelapan yang pekat.

Suasana di dalam terowongan itu sangat menakutkan. Gelap gulita, hanya suara napasnya yang terdengar. Namun, suara yang lebih mengerikan mulai terdengar. Langkah-langkah berat, suara gesekan yang membuat tubuhnya merinding.

Galih semakin cepat bergerak, berusaha mencapai ujung terowongan yang ia harapkan akan mengarah ke kebebasan. Tapi semakin dalam ia berjalan, semakin terasa ada yang tidak beres.

Terjebak dalam Ketakutan

Saat ia akhirnya mencapai ujung terowongan, ia mendapati sesuatu yang sangat mengerikan. Bukan kebebasan yang menunggu, melainkan sebuah ruang gelap dengan dinding yang dipenuhi darah.

Galih berhenti sejenak. Di tengah ruang itu, berdiri bayangan hitam dengan mata yang bersinar merah. Suara itu—suara yang mengarahkannya untuk melarikan diri—tiba-tiba terdengar lagi, lebih dalam dan mengerikan.

“Tidak ada jalan keluar, Galih. Kau tidak bisa melarikan diri.”

Galih merasa seluruh tubuhnya membeku. Suara itu ternyata bukan hanya bisikan dari dalam penjara. Itu adalah sesuatu yang lebih jahat, sesuatu yang mengincar jiwa mereka yang mencoba melarikan diri dari penjara tersebut.

Tanpa peringatan, bayangan itu mendekat. Galih mencoba berlari, tetapi kakinya terasa sangat berat. Ia merasa seolah-olah tubuhnya diseret kembali ke dalam kegelapan, terperangkap dalam dunia yang tidak bisa ia hindari.

Akhir yang Menyakitkan

Pagi harinya, petugas penjara menemukan terowongan yang digali Galih, dan selnya yang kosong. Mereka segera melaporkan kejadian tersebut, namun tidak ada yang pernah menemukan tubuh Galih. Semua petunjuk mengarah pada satu kesimpulan: Galih berhasil melarikan diri.

Namun, beberapa bulan kemudian, laporan tentang penampakan hantu Galih mulai bermunculan. Para tahanan yang terbangun di malam hari melaporkan melihat sosok pria dengan mata kosong dan tubuh terkulai, berjalan di lorong-lorong gelap penjara. Suara bisikan yang sama mulai terdengar, memberikan petunjuk pada tahanan lain untuk mengikuti rencana melarikan diri. Tapi siapa pun yang mencobanya, tak ada yang pernah kembali.

Jangan Pernah Percaya pada Bisikan

Cerita Galih mengingatkan kita bahwa terkadang, dalam kegelapan yang paling dalam, kita bisa tergoda untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan. Terkadang, rencana melarikan diri yang kita pikir akan membawa kebebasan justru membawa kita ke dalam perangkap yang lebih mengerikan.

Jika Anda pernah merasakan bisikan yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, berhati-hatilah. Kadang, melarikan diri bukanlah jalan keluar—melainkan langkah menuju kegelapan yang tak terhindarkan.

Baca Juga :

Maringi Balesan

Alamat email Sampéyan ora dijedulne utāwā dikatonke. Ros sing kudu diisi ānā tandané *