Mayat Berjalan di Kereta Busan

Keberangkatan yang Tampak Biasa
Haikal Abdi adalah seorang perantau muda yang baru saja menyelesaikan studinya di luar negeri. Setelah bertahun-tahun jauh dari rumah, ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Busan, Korea Selatan, untuk merayakan kelulusan dan berkumpul dengan keluarga.
Suatu pagi yang cerah, Haikal membeli tiket untuk perjalanan dengan kereta menuju Busan. Ia mengantongi tiketnya, duduk di kursi jendelanya, dan memandang luar dengan perasaan tenang. Kereta tersebut tampak biasa, penuh dengan penumpang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada pasangan muda yang saling berbicara, seorang wanita tua yang tertidur dengan tenang, dan beberapa penumpang lain yang asyik dengan ponsel mereka.
Namun, tidak ada yang tahu bahwa perjalanan ini akan berubah menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Haikal.
Suasana yang Begitu ‘Creepy’
Sekitar setengah jam setelah kereta bergerak, Haikal mulai merasakan sesuatu yang aneh. Suasana di dalam kereta menjadi semakin mencekam. Penumpang yang tadinya sibuk kini terdiam, beberapa terlihat gelisah. Haikal mencoba mengabaikan perasaan itu, berpikir bahwa mungkin ia hanya terlalu lelah setelah perjalanan panjang.
Tiba-tiba, dari ujung gerbong, suara aneh terdengar—suara langkah kaki yang berat dan tidak berirama. Saat Haikal menoleh, ia melihat sesuatu yang sangat tidak biasa: seorang pria berjalan di antara kursi, tubuhnya terhuyung-huyung, wajahnya pucat, dan matanya kosong, seperti tidak hidup.
Haikal berpikir bahwa pria itu mungkin sedang mabuk atau sakit. Namun, seiring pria itu semakin mendekat, ketegangan di dalam kereta semakin terasa. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bergerak. Haikal merasa gelisah, mencoba untuk tetap tenang, tetapi pandangannya tidak bisa lepas dari pria itu.
Mulainya Ketegangan
Pria itu melangkah lebih dekat ke Haikal, dan tiba-tiba, seluruh kereta terasa lebih dingin. Lampu di dalam kereta mulai berkedip-kedip, dan penumpang mulai tampak semakin cemas. Beberapa orang mulai berdiri, berbisik, dan menunjukkan ketidaknyamanan yang semakin meningkat.
Haikal merasa tak nyaman dan memutuskan untuk menanyakan kepada pria itu apakah ia membutuhkan bantuan. Namun, sebelum ia sempat berbicara, pria tersebut berhenti tepat di hadapannya. Wajahnya yang pucat dan matanya yang kosong membuat Haikal merinding.
“Haikal Abdi,” pria itu tiba-tiba menyebutkan namanya dengan suara serak, meskipun mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
Kata-kata itu membuat Haikal terkejut. “Apa? Siapa kamu?” jawab Haikal, suaranya bergetar.
Pria itu hanya tersenyum, dan meskipun senyum itu terlihat tidak wajar, Haikal merasa seolah-olah ada sesuatu yang sangat familiar dengan pria tersebut, meskipun ia tidak mengenalnya.
Sebuah Mayat Berjalan di Kereta Busan
Tiba-tiba, semua penumpang di kereta mulai berteriak dan melarikan diri, namun ada yang aneh—mereka seolah-olah terjebak dalam perasaan ketakutan yang sangat dalam. Haikal mencoba berlari, tetapi langkah kakinya terasa terhenti oleh sesuatu yang tak terlihat. Sesaat kemudian, pria itu membuka mulutnya, dan apa yang keluar membuat darah Haikal membeku.
“Apa kamu tidak ingat? Kamu sudah mati, Haikal,” pria itu berkata dengan suara yang terdengar seperti bisikan, namun seolah-olah menggema di seluruh kereta.
Sekejap, wajah pria itu berubah. Tidak lagi tampak manusia, melainkan sosok yang menyeramkan—seperti mayat yang terbangun dari kubur, dengan tubuh yang mulai membusuk dan mata yang sangat gelap, kosong, seakan menghisap kehidupan dari segala yang ada di sekitarnya.
Seketika, Haikal merasakan pusing yang luar biasa. Tubuhnya terhuyung, dan dalam kekaburan itu, ia tiba-tiba teringat sebuah peristiwa yang ia coba lupakan. Kereta yang ia naiki bukanlah perjalanan biasa. Beberapa tahun lalu, Haikal terlibat dalam sebuah kecelakaan tragis saat dalam perjalanan menuju kampus. Kereta yang dia naiki tergelincir, dan ia tidak pernah sampai di tujuan. Kejadian itu mengakhiri hidupnya.
Namun, yang lebih mengerikan adalah kenyataan bahwa ia tidak pernah sadar bahwa ia telah mati. Semua yang terjadi setelah kecelakaan itu adalah bagian dari ilusi, kehidupan palsu yang diciptakan untuk membuatnya percaya bahwa ia masih hidup.
Kebenaran dari Mayat Berjalan di Kereta busan
Dengan shock yang luar biasa, Haikal berusaha melawan kenyataan yang baru saja terungkap. Kereta itu, yang selama ini ia anggap sebagai alat transportasi untuk pulang ke kampung halamannya, ternyata adalah tempat yang diciptakan oleh kesadarannya yang tidak ingin menerima kenyataan bahwa ia sudah tiada. Semua orang yang ia temui selama ini, termasuk teman-temannya dan keluarga yang ia anggap masih hidup, adalah bagian dari ilusi yang tercipta dalam pikirannya.
Pria yang muncul di depannya adalah pengingat akan kenyataan pahit:
“Kematian bukanlah akhir, tetapi penyesalan dan ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari dunia yang sudah lama ditinggalkan.”
Berakhir dengan Mengerikan
Haikal, dengan tubuh yang mulai hancur dan jiwanya terperangkap dalam dunia yang salah, akhirnya memahami bahwa ia tidak akan pernah kembali ke dunia nyata. Ia hanyalah salah satu dari banyak mayat yang terperangkap dalam kereta Busan, sebuah tempat yang penuh dengan kenangan yang tak bisa dia lepaskan.
Kereta itu terus melaju, tanpa tujuan, membawa Haikal dan penumpang-penumpang lainnya yang tidak sadar akan kenyataan yang mengerikan. Perjalanan mereka tidak akan pernah berakhir, dan mereka akan terus “hidup” dalam dunia yang diciptakan untuk mereka, tidak pernah bisa keluar—karena mereka sudah mati.
Peringatan dari Cerita “Mayat Berjalan di Kereta Busan”
Cerita Haikal adalah pengingat bahwa kenyataan sering kali lebih gelap dari yang kita bayangkan. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam ilusi yang kita ciptakan untuk melarikan diri dari kenyataan. Terkadang, kematian bukanlah akhir, tapi sebuah kebingungan yang akan membawa kita ke tempat yang lebih gelap dari yang kita pernah bayangkan.
“Apa yang kalian pikirkan tentang cerita ini? Apa kalian pernah merasa terjebak dalam dunia yang tidak nyata?“
Maringi Balesan